You need to enable javaScript to run this app.

MENGEMBANGKAN EMPATI SISWA DI TENGAH ERA SOCIETY 5.0 DAN PANDEMI CORONA

  • Selasa, 10 Agustus 2021
  • Administrator
  • 0 komentar

MENGEMBANGKAN EMPATI SISWA DI TENGAH ERA SOCIETY 5.0

DAN PANDEMI CORONA

OLEH :

BINTI KHANAFI, (SMAN 1 PULUNG)

                                   

 

       Society 5.0? Apa sih maksudnya era society 5.0 itu?.  Mungkin kata society 5.0 masih asing di telinga orang awam seperti kita, atau mungkin sekedar pernah dengar tanpa tau, apa sih sebenarnya definisi dari era society 5.0 itu sendiri. Dilansir dari www.centipedia.net  Society 5.0 adalah konsep teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi (AI dan IoT) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia Maya maupun dunia nyata.

       Jadi bisa kita simpulkan bahwa era society 5.0 adalah masa dimana teknologi-teknologi menjadi bagian dari manusia terutama dalam bidang sosial.  Di era society 5.0 ini semua serba digital, yang membuat kita tanpa sadar bergantung pada teknologi dalam berbagai hal. Dunia maya seolah adalah kehidupan kita yang sebenarnya, tanpa mengingat kata maya yang bermakna semu atau tak nyata. Terlebih lagi saat ini, masa pandemi. Masa pandemi yang membuat kita harus mengurangi mobilitas sosial, menjadikan kita semakin bergantung pada teknologi. Apapun serba online, belanja online, saling sapa via online, dan sekolah juga online, semua online.

                         

     Masa pandemi seperti ini seharusnya meningkatkan kesadaran kita akan kepedulian terhadap sesama. Ditambah selama masa pandemi ini juga banyak terjadi bencana alam yang menimpa bangsa Indonesia, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan masih banyak lagi. Sudah banyak duka yang tercipta karena pandemi ditambah dengan banyaknya bencana alam yang menimpa seolah melengkapi duka yang menyelimuti bangsa Indonesia.

       Yang kita takutkan dampak negatif dari era society 5.0 ditambah dengan masa pandemi seperti ini, semakin membuat hilangnya rasa empati dari seseorang, terutama seorang siswa atau remaja. Sebelumnya empati dari siswa kebanyakan masih rendah, ditambah dengan situasi seperti ini, Jangan sampai kepedulian kita terhadap sesama terhalang 'tembok besar' bernama teknologi dan pandemi. Kepedulian terhadap sesama seolah hanya sebatas ucapan 'turut berduka cita' di media sosial saja. Untuk itu mari kita tingkatkan rasa empati kita terlebih di masa seperti ini dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

                 

    Kemudahan-kemudahan hasil dari kecanggihan teknologi ditengah era society 5.0 seharusnya dapat kita manfaatkan di situasi seperti ini. Contoh, mudahnya transfer uang di saat ini bahkan bisa dilakukan hanya dengan menggunakan gadget, bisa kita manfaatkan untuk menggalang dana bahkan dari seluruh wilayah Indonesia untuk membantu sesama. Namun kemudahan seperti apapun itu, jika tidak ada kepedulian dalam hati nurani seseorang semua kemudahan itu akan percuma saja adanya. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya empati dalam diri seseorang.  Budaya empati harus ditanamkan dalam pribadi setiap individu sejak usia dini. Empati mengingatkan kita bahwa pada dasarnya kita semua sama tapi juga berbeda, namun perbedaan itu tak lantas menjadi titik awal sebuah perpecahan. Tapi perbedaan merupakan sebuah kekuatan dalam sebuah pertahanan. Adanya rasa empati juga membuat kita menumbuhkan kepedulian dalam diri terhadap sesama.

       Kita sebagai siswa, dan juga sebagai generasi emas di tengah era society 5.0 ini harus lebih meningkatkan kesadaran empati terlebih di situasi pandemi. Bisa dengan mengadakan bakti sosial atau penggalangan dana untuk orang yang membutuhkan maupun korban bencana alam dengan memanfaatkan kemudahan  teknologi saat ini. Pandemi yang membuat kita harus menjauhi kerumunan, membuat kita kesulitan untuk sosialisasi maupun diskusi tentang kegiatan yang akan kita adakan? Hey sob! Ingat ini era society 5.0! Masa dimana teknologi canggih menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sosialisasi? Sosial media bisa jadi solusinya, sosial media bisa menjadi tempat untuk bersosialisasi dengan mudah ditambah lagi dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia. Sedangkan diskusi? Sekarang sudah banyak aplikasi-aplikasi yang dapat memudahkan kita untuk berdiskusi, bisa lewat chat, telfon, atau biar lebih afdhol kita juga bisa melakukan panggilan video. Jadi tidak ada alasan untuk kepedulian kita terhalang situasi.

                     

    Tak hanya itu, masih banyak hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan seperti turut berpartisipasi dalam kegiatan amal, saling tolong menolong, gotong royong, dan juga membantu sesama yang membutuhkan. Tapi bukan untuk sekedar mendapatkan 'cap' orang dengan kepedulian tinggi, melainkan melakukannya dengan sepenuh hati dan menyadari bahwa kepedulian memang penting adanya dalam kehidupan. Kepedulian kita bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana, dimulai dari hal-hal kecil yang sering dianggap remeh. Tapi perlu kita ingat, bahwa hal yang besar dimulai dari hal yang kecil. Sekecil apapun kepedulian kita, sekecil apapun rasa empati kita, itu adalah awal dari hal yang besar. Dengan kita terus membudayakan empati, mengembangkan rasa empati, semakin banyak hal besar yang dapat terjadi. Karena empati tak hanya sekedar menerima perbedaan yang ada, tapi juga wujud dari kepedulian kita terhadap sesama.

       Kesimpulannya, meskipun kita saat ini berada ditengah era society 5.0 dan pandemi tak lantas membuat hilangnya rasa empati dalam diri. Kecanggihan teknologi bisa menjadi wadah untuk mengembangkan rasa empati kita, dan juga meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. Terlebih di masa pandemi Corona, seharusnya kita saling menguatkan, saling merangkul untuk bangkit dari masa pandemi ini. Meskipun status kita masih seorang pelajar, tak lantas menghalangi kita untuk bergerak bersama untuk membantu sesama.

                               

 

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

JOKO WILIS PUTRO, M.Pd.

- Kepala Sekolah -

<script type="text/javascript"...

Berlangganan
Banner